Red Lover

February 12, 2010

Dokter Bintang Lima (udah macam Hotel saja *logat batak)


“Dengan kuliah saja kalian tidak peduli, bagaimana kalian mau jadi dokter?! Bisa-bisa pasien akan kalian acuhkan” (dr. ???? lupa namanya, hhe…)


Kurang lebih begitulah maksud dari kalimat beliau, persisnya krg tau sih. Kata-kata dosen yang bener-bener menusuk, namun sangat berarti buat saya… klo gk salah dengern itu pas Blok 11…ketika lagi kuliah tapi seisi kelas malah sibuk berdiskusi atau lebih tepatnya ngobrol, (sebenernya sih tiap hari juga kaya gitu) dari situ gw sadar bahwa…
Dokter itu bukanlah seseorang yang dituntut untuk menjadi sosok yang “super pinter” tapi dituntut untuk menjadi sosok yang  “super peduli”.


“Alangkah biasanya hidup kalian jika cuma dilakukan buat kuliah, pulang ke kost, belajar, kuliah lagi, belajar lagi, lalu lulus, jadi dokter” (Ka’ Rahmad, mantan Gubma)

Kalo gk salah kata-kata ini muncul pas buka bersama anak-anak lampung, maaf ka’ izin gunain kata-katanya (siapa tau ngeliat, hhe….), jadi beliau ini asalnya dari SMA 2 (mana ada yg dari SMA 9 di sini, wkwkw) sosok yg inspiratif dan benar-benar punya karisma pemimpin di tahun pertama gw masuk FK ini. Maksud dari beliau sebenernya ya nyuruh adek-adek tingkatnya (khususnya anak-anak lampung) supaya bisa ikut berperan dalam organisasi kampus dan klo bisa memimpin organisasi tersebut.

Nah jadi kasusnya gini nih, dokter di hari kedepan sudah bukan seseorang yang cuma ngobatin orang yang sakit. Dalam tatanan dunia yang semakin kompleks, dokter dituntut menjadi sosok yang ideal sesuai konsep yang dicanangkan oleh WHO, dimana seorang dokter harus memiliki konsep The five stars doctor (health care provider, decision maker, community leader, manager dan communicator). ”yang gw omongin di home”
Intinya nanti dokter akan dibina sebagai seorang yang professional, orang yang bisa memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan standar etika profesi. Ditambah dengan jiwa kepemimpinan, untuk memimpin pasiennya ketika pengobatan, berkomunikasi efektif dengan pasien, untuk membentuk suatu kerja sama yang optimal dalam program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


1. Dokter sebagai CareProvider:
Dalam hal ini dokter dituntut untuk menangani pasien secara holistik (tongkat suci,hhe...mksdnya secara psikisnya...), sebagai individu, sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, serta yang menyediakan perawatan berkelanjutan yang berkualitas dalam lingkup hubungan dokter-pasien yang berdasarkan kepercayaan dan saling menguntungkan.
Dokter sebagai seorang yang mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai pencegahan khusus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya serta penggunaan bahasa yang santun, mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien sesuai dengan umur, tingkat pendidikan, dll. (disini seninya profesi dokter, bahasa yang mudah dimengerti ya berarti bahasa pasien, klo pasiennya orang papua ya jadi…) Selain itu, seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologis pasien.
Kewajiban yang harus ditangani yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi pasien, menjawab segala pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau member informasi apa adanya, dsb.

2. Dokter sebagai Decision Maker
Dalam hal ini dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna untuk digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya terjangkau, dengan kata lain dokter adalah pengambil keputusan, menentukan teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien dengan memperhatikan cost-effectiveness. (untuk yang ini dokter mau gk mau harus selalu up to date dengan perkembangan teknologi di bidang kedokteran)
Dalam melakukan prosedur klinis, seorang dokter dalam hubungannya sebagai Decision Maker melakukan perlakuan sesuai masalah, kebutuhan pasien, dan sesuai kewenangannya.

3. Dokter sebagai Communicator
Dalam hal ini dokter dituntut seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup yang sehat dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks budaya dan ekonomi, dengan demikian kesehatan pada perorangan dan masyarakat akan meningkat dan terjaga sehingga membantu individu maupun kelompok masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke arah perilaku sehat.
Sebagai Communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area komunikasi efektif yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. (dari sekarang harus sering-sering komunikasi sama orang, diantara orang-orang yang antisocial ini)
Proses yang harus diperhatikan baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya yaitu rasa kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa, dan memberi penjelasan.

4. Dokter sebagai Community Leader
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang karena kehormatan dan kepercayaan masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan perorangan maupun kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi masyarakat untuk turut berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya pada masyarakat. (gk tau nih mksdnya apa, mungkin disuruh jadi ketua RT apa RW ya...hhe....)



5. Dokter sebagai Manager
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat.
Dokter menjadi orang yang memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk mengetahui berbagai penyakit yang berada di lingkungannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kualitas hidup manusia, dan bukan menjadi seorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka juga di didik untuk berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat/lingkungannya dari berbagai penyakit. (okeh, untung bokap nyokap gw S-2 manajemen, hhe…)

“Lalu aplikasinya sekarang kymn? Gw??”

No comments:

Post a Comment